![]() |
Bupati Ende, Yosef B Badeoda |
Ende,Kelimutu Pos
Delapan pulu tahun sudah, masyarakat Desa Tiwusora harus berjibaku dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Ibarat mimpi buruk yang terus menghantui masyarakat Desa Tiwusora, harus bertaruh nyawa untuk menyambung hidup. Derita itu kini mulai terjawab, Bupati Ende, NTT, Yosef Badeoda, merespons cepat keluhan masyarakat, menugaskan Dinas PUPR Kabupaten Ende, segera melakukan penggusuran.
Respons cepat orang nomor satu di Bumi Rahimnya Pancasila,Kabupaten Ende, Yosef B Badeoda, disampaikan secara langsung kepada media kelimutupos.com, di Rujab Bupati Ende, Senin, 1/9/2025. Menurutnya, kondisi yang dialami masyarakat Desa Tiwusora, harus direspon dengan baik dan cepat. Dinas PUPR Kabupaten Ende, segera melakukan penggusuran terlebih dahulu, untuk dilalui masyarakat.
"Saya sangat respons dengan apa yang dialami dan dibutihkan masyarakat Desa Tiwusora saat ini. Saya tugaskan Dinas PUPR, segera melakukan penggusuran ruas jalan tersebut, sehingga bisa digunakan masyarakat. Untuk pengerasannya nanti kita anggarkan di tahun depan, untuk menjawab keluhan masyarakat."tegas Bupati Yosef Badeoda.

Masih menurut Bupati Ende, Yosef B Badoda, kondisi seperti ini yang harus direspons dengan baik oleh pemerintah. Masyarakat subgguh sangat membutuhkan akses jalan dan juga dermaga penyebrangan. Pemerintah harus hadir menjawab kebutuhan fital dari masyarakat.
"Saya bersama Wabub Domi Mere, sudah sepakat sejak awal, kita hadir membawa harapan baru bagi masyarakat Kabupaten Ende. Apa kebutuhan urgen di masyarakat harus kita jawab, sehingga ada kesetaraan pembangunan. Jangan lagi kita menoleh kebelakang, ini salah siapa dan itu salah siapa. Saatnya kita hadir memberikan hal positif bagi masyarakat, untuk menjawab kebutuhan mereka." jelas Bupati Yosef Badeoda.
Sebelumnya keluhan masyarakat Desa Tiwusora, disampaikan sala satu tokoh muda dan penggiat media sosial Rian Gare, dalam.pesan singkatnya kepada kelimutupos.com, Minggu, 31/8/2025. Menurutnya, Warga Desa Tiwusora selama 80 tahun tidak pernah merasakan arti dari kemerdekaan. Masyarakat harus bertaruh nyawa menyebrangi sungai disaat musim penghujan, dan melintasi jalan terjal bebatuan.

"Sedih memang apa yang kami alami sejak orang tua kita hingga generasi saat ini. Kami harus bertaruh nyawa melintasi sungai dan jalan terjal bebatuan tanoa ada penerangan jalan. Rasanya tidak adil bagi kami, cuma yang kami terima itu janji saja, dari bupati ke bupati dan juga dari wakil rakyat. Bagi kami respons yang disampaikan Bupati Yosef Badeoda, sebagai satu kerinduan panjang yang mudah-mudahan bisa terealisasi." pungkas Rian Gare.(son bara)