Terkait Pembangunan Tugu Perfilman di Ndona, Yanto Manggo Pertanyakan Pernyataan Kades Manulondo


Ende,Kelimutu Pos

Niat baik Pemprov NTT membangun Tugu Perfilman di Ndona, sebagai cikal bakal lahirnya era perfilman di Indonesia, terus menuai protes dari berbagai kalangan. Kesalahan dalam proses awal dan pengklaiman secara sepihak, dari tim utusan yang datang ke lokasi pembangunan tugu perfilman, diduga kuat sebagai pemicu awal munculnya reaksi protes. Sebelumnya pihak keluarga keturunan langsung dari pemeran utama film Ria Rago, dan juga pihak SVD, juga menyampaikan kekecewaannya.

Reaksi yang sama kini datang dari orang dalam lingkaran adat Nua Kota, Yanto Manggo. Menurutnya, pernyataan Kades Manulondo, yang disampaikan didepan teras rumahnya dan dari pemberitaan media, harus diluruskan atau diklarifikasi kembali. Pernyataan tersebut disampaikan Yanto Manggo, bersama keluarga besar Ria Rago, kepada sejumlah pekerja media, Selasa, 30/7/2025. 

"Saya minya Kepala Desa Manulondo, Petrus Baghi mengklarifikasi terkait pernyataan yang disampaikan di depan teras rumah saya. Sejak kapan ada seremonial adat mengukuhkan seseorang menduduki jabatan tertentu. Setau saya tidak pernah ada seremonial adat tersebut. Kami minta segera diklarifikasi." tegas Yanto Manggo.

Masih menurut Yanto, rencana pembangunan tugu perfilman yang di gagas Pemprov NTT, sangat baik. Prinsipnya kami semua keluarga besar mendukung penuh rencana tersebut. Cuma proses awalnya ada kekeliruan sehingga muncul reaksi balik. 

"Kalau sejak awal prosesnya benar, pasti akan mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan keluarga besar para pihak terkait. Prinsipnya kita mendukung rencana Pemprov NTT, cuma cara pendekatan dan penyampaian kepihak terkait harus benar pula. Saya berharap semua pihak bisa duduk bersama sebagai satu kesatuan keluarga yang saling mendukung dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan." jelas Yanto Manggo.

Seperti diberitakan sebelumnya, reaksi penolakan dan kekecewaan disampaikan perwakilan keluarga besar Ria Rago, Emanuel Baru, kepada media terkait tidak dilibatkan dalam rencana pembangunan tugu perfiliman. 

"Kami sangat kecewa, sebagai keluarga besar dari garis keturunan langsung Ria Rago, tidak dilibatkan bersama tim utusan Pemprov NTT, saat melakukan survey lokasi. Peran kami sepertinya dikesampingkan dan dihilangkan. Ini yang membuat reksi itu timbul dari dalam rumpun keluarga besar Ria Rago." ungkap Emanuel Baru.

Ungkapan kekecewaan juga disampaikan Provisial SVD Ende, Pater Eman Embu, kepada sejumlah media di ruang kerjanya pekan lalu. Menurutnya, niat baik Pemprov NTT membangun tugu perfilman  di Koja Kanga, Dusun Nua Nelu, Desa Manulondo, Ende, NTT, sebagai niat yang sangat mulia. Sayangnya pihak SVD selaku produser film saat itu, juga diabaikan begitu saja oleh tim.utusan Pemprov NTT.

Menurut Pater Eman Embu, SVD, fakta sejarah hingga lahirnya film bisu pertama dan menjadi tonggak sejarah baru bagi dunia perfilman di Indonesia, menjadi hal yang tidak penting bagi tim utusan Pemprov NTT. 
Gereja dan misi" merujuk pada hubungan antara gereja sebagai lembaga keagamaan dan misi sebagai tugas panggilan untuk memberitakan ajaran agama dan melayani masyarakat, telah menghadirkan karya seni dibidang perfilman perdana di Indonesia.

Masih menurut Provinsial Serikat Sabda Allah (SVD) Ende, Pater Eman Embu, film Ria Rago adalah bagian dari dokumen gereja dan dokumen misi, yang tidak bisa dipisahkan. Jika ada niat baik untuk membangun tugu perfilman, semestinya diberitahu dan dicari tau proses sejarahnya seperti apa.

"Prinsipnya kami mendukung hal-hal baik. Hal yang berkaitan dengan etika dikesampingkan tentu akan ada reaksi. Tetapi kita juga tidak mewajibkan orang untuk menyampaikan. Perlu diingat dokumentasi Film Ria Rago, menjadi bagian dari sejarah gereja dan karya misi di Kabupaten Ende." tegas Pater, Eman Embu.(kp/sb)



Lebih baru Lebih lama